Isra’ Mi’raj, Covid dan Umat yang Solid

Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. (Q.S.Al-Isra’: 1)

Setiap 27 Rajab, umat Muslim memeringati Isra Mi’raj, sebuah peristiwa besar yang dialami Rasulullah Saw. Seperti disebutkan dalam situs resmi Kemenag RI,  https://kemenag.go.id/, Wapres KH Ma’ruf Amin mengatakan peringatan Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa spiritual penting dan monumental bagi umat Islam. Peristiwa itu menyatakan tanda-tanda kebesaran Allah melalui perjalanan Nabi Muhammad Saw. Perjalanan spiritual Nabi Muhammad Saw dari Masjidil Haram ke Masjdil Aqsa dan menuju langit, menjemput perintah Allah kepada umat untuk menunaikan salat lima waktu.

Pernyataan itu disampaikan Wapres melalui video converence di peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW Tingkat Kenegaraan Tahun 2021M/1442H. Mengusung tema Spirit Isra’ Mi’raj dalam Membangun Moderasi Beragama, peringatan Isra’ Mi’raj Tingkat Kenegaraan Tahun 2021M/1442H digelar secara daring dan luring dari Auditorium HM Rasjidi Kantor Kementerian Agama Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, Rabu (10/3/2021) malam.

Peringatan Isra’ Mi’raj yang pada tahun-tahun sebelumnya diselenggarakan luring, sejak masa pandemi Covid-19 terjadi perubahan kebiasaan. Peringatan-peringatan sejenis ada yang menyelenggarakan secara daring dan ada pula secara daring plus luring. Bagaimanapun cara peringatan itu, harapannya tidak mengurangi esensi dari makna dan manfaat yang ingin dipetik. Di antaranya menyampaikan perintah salat lima waktu dan menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah.

Mewabahnya Covid-19 ini juga menjadi bagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Ujian Allah dengan menurunkan virus Covid-19 menunjukkan betapa Allah itu Maha Kuasa. Bukan berarti Allah tidak sayang kepada hamba-hamba-Nya. Ada hikmah yang terkandung di balik musibah ini.

Allah memerintahkan di dalam Al Quran agar hamba-hamba-Nya bersabar dan menjadikan salat sebagai penolong mereka. Seperti dalam QS. Al Baqoroh ayat 153 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.

Bagi sebagian masyarakat, Covid-19 adalah musibah. Bagi sebagian lainnya, Covid-19 memang tetap musibah tapi membawa berkah. Ada hikmah di balik musibah. Terlepas dari adanya pro kontra tentang mewabahnya virus Covid-19, secara tidak langsung kondisi ini membuat beberapa pihak semakin kreatif membuat inovasi-inovasi dan temuan-temuan baru. Tidak dipungkiri banyak masyarakat yang terdampak Covid-19. Banyak pihak yang sangat berharap kondisi ini segera berlalu dan kehidupan berjalan kembali normal.

Umat Solid

Mau tak mau perkembangan dan perubahan zaman menuntut masyarakat untuk beradaptasi. Bagi umat Islam, Covid ini mestinya semakin membuat umat semakin solid. Sikap peduli dan tolong menolong idealnya kian ditingkatkan. Misalnya saja program Jogo Tonggo yang digagas Pemprov Jateng pada masa Covid-19 itu menjadi bentuk kepedulian saling peduli dengan tetangga tanpa melihat perbedaan agama, suku, ras, dan sebagainya. Program-program serupa perlu digalakkan untuk terus meningkatkan semangat gotong royong dan hidup rukun.

Mengutip kalimat Ali bin Abi Thalib: “Mereka yang tidak saudara dalam iman, adalah saudara dalam kemanusiaan”. Betapa Islam sangat menghargai perbedaan. Sahabat Ali bin Abi Thalib tentunya mengikuti jejak Rasulullah Saw yang mengedepankan akhlak mulia dalam menjalin hubungan sesama manusia.

Penulis melihat saat ini kian banyak komunitas-komunitas yang tergerak hatinya untuk berbagi. Misalnya, membuka rumah makan gratis, sedekah Jumat berkah dan gerakan-gerakan lainnya. Di tempat-tempat fasilitas umum, pembagian sedekah itu tanpa memilih-milih siapa yang akan menerima. Di negara yang kaya raya ini tentu menjadi sebuah ironi jika ada yang mengalami kekurangan makan.

Semangat gotong royong harus terus dipupuk dan ditingkatkan. Harapannya, ke depan umat semakin mengutamakan kerukunan, persatuan untuk kemaslahatan bersama, bukan memperbesar jurang perbedaan yang memicu terjadinya perpecahan. Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman suku, agama, ras dan antargolongan. Keberagaman tersebut merupakan kekayaan yang patut disyukuri dan harus dikelola dengan bijak. Jangan mau diadu domba oleh oknum-oknum yang menginginkan bangsa ini terpecah belah. Wallahu’alam bish showwab.  (*)

*) Artikel ini ditulis oleh Nadhiroh, S.Sos.I, M.I.Kom, Dosen Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam [KPI] STAIMAS Wonogiri, yang sebelumnya telah tayang di https://timesindonesia.co.id/amp/kopi-times/333288/isra-miraj-covid-dan-umat-yang-solid

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Shopping Cart